Langsung ke konten utama

UPGRADE DIRI PART 4

The Time We were in Love: Islammu adalah Maharku


Kisah cinta yang hadir karena ketakwaan kepada Allah dapat mengalahkan kecintaan pada dunia dan segala keindahannya. Kisah cinta itu benar adanya, bahkan dinukilkan dalam kitab hadist shaheh. Kisah cinta itu terjadi jauh sebelum zaman modern, namun masih terngiang hingga kini. Inilah kisah cinta seorang wanita dengan mahar yang paling mulia di masa Rasulullah Saw, wanita itu bernama Ummu Sulaim r.a.



#Part 1 The best gift

Ummu Sulaim r.a adalah ibunda dari Anas bin Malik r.a, salah seorang sahabat Rasulullah Saw dan seorang perawi hadist. Ummu Sulaim merupakan janda dari laki-laki bernama Malik ibnu Nadhor yang tewas terbunuh di Syam ketika masih dalam keadaan kafir.
Ummu Sulaim merupakan seorang wanita yang cerdas, tegas dan memiliki kesabaran yang berbeda dengan wanita pada umumnya. Selain itu, ia juga kerap membantu kaum muslimin yang berada di medan jihad dengan menyiapkan perbekalan dan menolong orang-orang yang terluka. Karakteristik Ummu Sulaim inilah yang kemudian menyemikan perasaan cinta di hati Abu Thalhah. Abu Thalhah adalah seorang yang baik akhlaknya, namun ketika itu ia masih kafir.
Sebagai orang yang paling banyak hartanya di kalangan Anshar, tidak berat bagi Abu Thalhah untuk menawarkan kepada Ummu Sulaim mahar yang mahal.  Namun, Abu Thalhah terkejut tatkala Ummu Sulaim menolak semua kemewahan tersebut dan dengan tutur kata yang lembut Ummu Sulaim berkata :
“Wahai Abu Thalhah, aku tidak boleh menikah dengan lelaki musyrik seperti mu. Tidakkah kamu tahu bahwa sesembahan kalian itu dipahat  oleh  seorang budak di keluarga  Fulan. Sungguh, apabila kalian menyalakan api pada sesembahan tersebut, pasti akan terbakar.”
 Bisa dibayangkan, bagaimana perasaan seorang lelaki yang mengagumi dan mencintai seorang wanita dengan mendalam serta berniat menikahinya, namun si wanita menolak pinangannya itu.
Namun, penolakan Ummu Sulaim itu tidak membuat Abu Thalhah berputus asa. Abu Thalhah kembali menawarkan mahar yang lebih tinggi dari pada sebelumnya dengan harapan agar hati Ummu Sulaim bisa luluh. Tidak hanya itu, Abu Thalhah juga menjanjikan kesenangan hidup  apabila nantinya Ummu Sulaim bersedia menjadi istrinya.

Akan tetapi, Ummu Sulaim bukanlah wanita yang seleranya tertambat kepada keindahan dunia. Dia bukanlah wanita yang silau dengan harta dan kedudukan. Bahkan, keimanan kepada Allah Swt demikian tertancap kuat dalam kalbunya, mengalahkan seluruh iming-iming kenikmatan dunia. Dengan penuh adab, Ummu Sulaim berkata:
“Orang sepertimu sebenarnya tidak pantas untuk ditolak, wahai Abu Thalhah. Hanya saja, Anda seorang yang kafir, sementara saya seorang muslimah. Saya tidak boleh menikah denganmu karena perbedaan ini.” Ucap Ummu Sulaim
 “Bagaimana dengan apa yang telah kupersiapkan untukmu?” tanya Abu Thalhah.
“Memangnya apa yang telah anda siapkan untukku?” Ummu Sulaim balik bertanya.
“Harta berupa emas dan perak,” jawab Abu Thalhah.
“Aku tidak menginginkan emas dan perak. Yang aku inginkan darimu adalah keislaman. Masuk Islamlah!” Pinta Ummu Sulaim.

Di dalam sebuah riwayat yang sanadnya shahih, terdapat pernyataan Ummu Sulaim bahwa ketika itu beliau berkata:
“Demi Allah, orang seperti anda tidak layak untuk ditolak, hanya saja engkau adalah orang kafir, sedangkan aku adalah seorang muslimah sehingga tidak halal untuk menikah denganmu. Jika kamu mau masuk Islam maka itulah mahar bagiku dan aku tidak meminta selain dari itu.” (HR. An-Nasa’i VI/114, Al Ishabah VIII/243 dan Al-Hilyah II/59 dan 60).
Akhirnya, masuk Islam-lah Abu Thalhah dengan dakwah Ummu Sulaim. Namun, masuk Islamnya Abu Thalhah ketika itu memang benar tulus dari hatinya, bukan semata agar dapat menikah dengan Ummu Sulaim. Hari-hari setelah keislamannya membuktikan kejujuran imannya.

Abu Thalhah merupakan seorang mujahid dan salah satu dari dua belas pemimpin Bai’at Aqabah. Selain itu, ia juga menjadi sahabat Rasulullah Saw yang setia. Kemana pun Rasul hendak pergi, Abu Thalhah selalu mendampingi. Abu Thalhah tidak pernah masuk ke Kota Madinah sebelum Rasulullah Saw masuk terlebih dahulu.

#Part 2 Great Marriage
Setelah menikah, Ummu Sulaim dan Abu Thalhah dikarunia seorang anak laki-laki. Anak itu begitu dicintai oleh Ayahnya, sampai-sampai ketika ia jatuh sakit, Abu Thalhah selalu memeriksa keadaan anaknya itu seusai shalat berjamaah dengan Rasulullah Saw. Namun takdir berkata lain, saat Abu Thalhah sedang berjihad di medan perang, anak yang begitu dicintainya itu meninggal dunia.
Disinilah kesabaran dan keimanan Ummu Sulaim dan Abu Thalhah diuji. Ketika selesai mengurus jenazah anaknya, Ummu Sulaim berkata kepada para kerabatnya:
“Jangan ada satu pun dari kalian yang menceritakan kepada Abu Thalhah, biarkan aku saja yang menceritakan kepadanya” (Dinukilkan dari H.R Ibnu Hajar).
Sesuai kembali dari medan jihad, Abu Thalhah begitu rindu dan ingin sekali bertemu dengan anak laki-lakinya tercinta. Ia pun berkata kepada Ummu Sulaim
“Wahai istriku, Bagaimana keadaan anak kita?” tanya Abu Thalhah
“Sekarang ia lebih sudah lebih tenang dari sebelumnya” jawab Ummu Sulaim

Ummu Sulaim tidak langsung memberitahu kenyataan yang sebenarnya kepada Abu Thalhah. Ia menunggu keadaan menjadi tenang terlebih dahulu. Inilah yang membedakan Ummu Sulaim dengan wanita-wanita lainnya. Ketika kebanyakan para wanita yang kehilangan anaknya akan menangis tersedu-sedu di pusara anak yang dicintainya, namun Ummu Sulaim berbeda. Ia lebih memilih tabah dan bersabar atas ketentuan Allah Swt.
Saat Abu Thalhah kembali, Ummu Sulaim telah berhias semenawan mungkin untuk suaminya itu dan juga telah mempersiapkan makan malam yang berbeda dari biasanya.
 Setelah itu muncullah pertanyaan dari Ummu Sulaim untuk Abu Thalhah.
“Wahai Abu Thalhah bagaimana menurutmu, apabila seseorang meminjamkan sesuatu kepadamu namun tiba-tiba orang itu mengambil kembali pinjaman itu darimu, apakah kamu berhak untu menolaknya?” tanya Ummu Sulaim
 “Tentu tidak, aku akan langsung mengembalikannya” jawab Abu Thalhah dengan cekatan
“Wahai suamiku, anak kita juga  merupakan titipan dan pinjaman dari Allah Swt. Kemudian kini Allah mengambilnya kembali. Wahai Abu Thalhah anak yang begitu kita cintai itu kini telah wafat” kata Ummu Sulaim lagi

Setelah mendengar itu, Abu Thalhah menjadi marah. Ia pun menunggu keesokan harinya untuk menanyakan masalah ini kepada Rasulullah Saw. Abu Thalhah menceritakan bagaimana Ummu Sulaim yang tidak langsung menceritakan tentang kematian anak laki-lakinya seusai pulang dari medan jihad. Abu Thalhah ingin mendengar nasehat dari baginda Rasul tentang kejadian ini.
Namun Rasulullah menjawabnya dengan senyuman dan berkata
“Apakah semalam engkau berjima’ dengan istrimu?” Tanya Rasulullah Saw
“Iya, Rasulullah” jawab Abu Thalhah
“Ya Allah berikan keberkahan kepada mereka berdua” ucap Rasulullah Saw
Tak berselang berapa lama, Ummu Sulaim mengandung anak keduanya. Pada saat itu Ummu Sulaim dan Abu Thalhah berada di luar pintu masuk kota Madinah saat sedang menemani Rasulullah Saw. Bersamaan dengan itu juga kehamilan Ummu Sulaim semakin membesar dan dirasa akan segera melahirkan. Abu Thalhah begitu khawatir dengan keadaan istrinya yang akan melahirkan. Abu Thalhah khawatir kalau-kalau istrinya melahirkan diperjalan, sedangkan saat itu Rasulullah Saw belum memasuki kota Madinah. Bertawasullah Abu Thalhah kepada Allah Swt dengan berkata
“Ya Allah Engkau pun tahu bahwa aku tidak akan memasuki kota Madinah sebelum Rasulullah Saw masuk terlebih dahulu, maka dari itu tolong permudahkan proses kelahiran anakku”

Disinilah karamah terjadi, Ummu Sulaim melahirkan anaknya dengan tidak merasa sakit sedikit pun. Anak ini kemudian diberinama Abdullah yang lahir dari orang tua yang bertakwa kepada Allah Swt. Abdullah inilah yang kemudian memiliki sembilan anak yang semuanya penghafal Al-Qur’an dan menjadi ulama yang baik pemahaman agamanya.

                                          
                                                                      (Dinukilkan dari Kitab Riyadus  Shalihin)
                                        Ditulis oleh : Nita Gustiana
                          #onedaywithilunws
                            ~ 15 Oktober 2019 ~





Komentar

Postingan populer dari blog ini